
Dani Pedrosa, pebalap MotoGP dari tim Repsol-Honda, memberikan klinik pelatihan kepada calon pebalap pada Honda Racing School di Sirkuit Sentul Gokart, Bogor, Jawa Barat.
Pebalap MotoGP, Dani Pedrosa, Selasa-Rabu (27-28/7), berkunjung ke Indonesia. Pebalap mungil dengan tinggi 1,58 meter ini mengemban misi tidak biasa. Kedatangannya khusus untuk menyemangati 16 remaja Indonesia peserta pelatihan balap motor yang digelar Honda.
Setelah sehari sebelumnya tiba di Jakarta dari Amerika Serikat, Pedrosa, Rabu, datang ke Sirkuit Gokar Sentul, Jawa Barat, pukul 09.30. Memakai kaus biru, ia menyaksikan peserta pelatihan beradu kencang di sirkuit gokar.
Setelah balapan selesai, suntikan semangat diberikan Pedrosa kepada peserta pelatihan. Ia, antara lain, bercerita apa yang dilakukannya hingga menjadi pebalap top MotoGP. Dengan wajah polos, peserta pelatihan berusaha memahami pemaparan Pedrosa.
Menyatakan baru kali ini datang ke Indonesia, Pedrosa mencoba menjajal motor underbone (bebek) di trek balap. Di negaranya, Spanyol dan di Eropa, tidak ada balapan memakai underbone. Semua lomba mengharuskan motor khusus sport.
Kepala Departemen Safety Riding & Motorsport PT Astra Honda Motor Anggono Iriawan mengatakan, Pedrosa adalah buah dari pendidikan balap Honda. Mantan juara dunia termuda kelas 250 cc itu pun layak menjadi inspirator bagi peserta pelatihan balap PT Astra Honda Motor (AHM).
Honda memang sudah berubah. Mereka kini giat melakukan sesuatu bagi olahraga balap motor di Indonesia. Tidak cukup menggelar One Make Race, AHM mendirikan Honda Racing School. Belasan anak dari sejumlah daerah dikumpulkan di Jakarta dan dilatih selama tiga minggu.
Instruktur berasal dari Jepang, yaitu Noboru Ueda, bekas pebalap 125 cc. Mengantongi 13 kemenangan pada 1991-2002, ia finis kedua di belakang Valentino Rossi pada 1997.
Kursus fokus pada aspek psikologis peserta. Peserta yang cemerlang dimungkinkan untuk dibiayai mengikuti lomba tingkat internasional. Kursus semacam ini sangat diperlukan Indonesia.
Maklum, dengan infrastruktur motorsport tidak sehebat Eropa atau Jepang, Indonesia tertatih-tatih di dunia olahraga itu. Toh, tetap saja ada ribuan remaja (11-15 tahun) mencoba menggelutinya. Memakai motor bebek di balapan ”pasar senggol” di sejumlah daerah, mereka bermimpi suatu saat menjadi seperti Pedrosa.
Kunjungan Pedrosa sangat singkat dan tidak memberikan pengaruh apa-apa bagi perbaikan infrastruktur motorsport Indonesia. Namun, paling tidak, sosoknya yang mungil membantu remaja Indonesia untuk terus memelihara mimpi dan berjuang mewujudkannya.








0 komentar:
Posting Komentar